Cerpen : Janji


Janji yang telah pergi
Malam ini membuat aku teringat akan dirinya. Dirinya yang telah meninggalkanku sendiri disini tanpa belaian kasihnya. Satu tahun sudah dia pergi dan tak akan kembali ke dunia ini. Andai waktu bisa ku putar kembali, tak akan aku ijinkan dia untuk mengikuti balap motor itu.
Kecelakaan pada balap motor itu telah banyak merenggut nyawa seseorang dan salah satunya kekasihku yang bernama Tomi. Aku sangat menyayangi dia lebih dari apapun. Semua kegiatan dia selalu aku dukung,meskipun sebenarnya aku tak terlalu menyukai kegiatan dia yang membahayakan dirinya. Setiap aku memberi saran untuk ikut kegiatan lain, selalu saja dia katakan “Percayalah padaku, aku tidak akan kenapa-napa jika kamu selalu ada disampingku dan memberi semangat untukku. Dan aku janji, aku tak akan pernah ninggal’in kamu. Karna apa? Karena Aku Sayang Kamu......”
Oh my god???? Perkataan itu masih terngiang-ngiang dibenakku. Aku yang selalu berusaha untuk mencari pengganti dirinya, tapi tak pernah bisa aku mencintai yang lain.
***
Keesokkan harinya......
“Kaaaaak....????” teriak adikku yang masih berumur  5 tahun membangunkan aku dari mimpi indahku
“Apa dhek?” jawabku malas
“Jogging ayo kak?”
“Ehm...ya udah tunggu dibawah, kakak cuci muka dulu”

Dan kami berdua pun jogging sambil denger’in music mp3, karena bagi kami ‘Music is my life’. Ditengah perjalanan, terdengar ada suara kecelakaan. Serentak aku dan adikku yang bernama Tyo pergi mencari sumber suara itu. Dan ternyata ada sepeda motor yang terguling karena tersenggol pantat mobil panther warna hitam.

“Kamu gak pa-pa?” tanyaku memastikan dia tidak luka berat
“Aku gak pa-pa kok, cuma lecet aja” jawab seorang pria sambil memandangku
“OMG.... Mata itu.... mata itu membuat aku teringat dengan Tomi” kataku dalam hati
“Bisa bantu aku untuk bangun?” katanya yang membuyarkan lamunanku
“Eh, iya-iya..”
“Auuuu......”
“Up’z, sakit ya? Maap ya?”
“Arrgh...”
“Bau ini... Seperti bau badan Tomi.. OMG, kenapa harus sama dengan Tomi? Padahal akhir-akhir ini aku udah mulai bisa melupakan dia” ucapku dalam hati
“Hey?? Kenapa melamun? Oh ya, thank’s ya?” ucapnya yang lagi-lagi mengejutkan lamunanku
“Iya, sama-sama” jawabku tersenyum
“Oh ya, kenalin namaku Ryan. Nama kamu?
“Vika, ya udah aku pergi dulu” ucapku yang kemudian meninggalkannya
***
Sesampainya dirumah, aku tak bisa melupakan mata dan bau badan yang masih merekat ditubuhku. Dan setiap aku teringat akan diri Tomi, selalu saja aku teringat akan kata-katanya.
Tak bisa aku hindari tentang perasaanku yang tak bisa melupakan sosok seorang Tomi dari hatiku.

“Kakak.... antar’in aku beli buku dong?”teriak adikku
“Jalan kaki saja ya? Kakak lagi malas nyetir”
“Gak mau ah, mending naik motor saja kak..”
“Ya sudah kalau kamu gak mau, biar kakak belikan saja”
***
Ditengah perjalanan, aku bertemu dengan Ryan.
“OMG... Aku harus kabur, aku gak mau lagi liat mata itu” ucapku dalam hati
“Hey...Vika!!!” teriak Ryan yang ingin mengejarku
“Oh , no!!!”Ucapku dalam hati yang sedang gelisah
Dan tiba-tiba saja, Ryan muncul dihadapanku.
“Kok maen lari aja sih?”tanya Ryan
“Iya, lagi ditunggu adik” jawabku singkat
“Ya udah aku anter naek motor aja, sekalian ingin tau rumah kamu? Boleh?Ya... itung-itung buat balas budi karna kemaren kamu udah mau nolongin aku”
“Ya udah lah terserah kamu”
***
Dan akhirnya akupun diantar Ryan sampai depan rumah. Namun saat aku suruh dia masuk, dia malah minta no-pe_ku. Bilangnya sich kalau kapan-kapan dia mau maen kerumah mau sms dulu biar bisa ketemu aku. Hm.... alasan yang cukup masuk akal juga.
Belum sampai aku buka pintu rumah, tiba-tiba ada telfon dari nomor baru. Dan ternyata Ryan. Dan kamipun memulai percakapan dengan pengenalan diri dan membahas hal-hal mulai dari yang gak penting sampai gak penting lagi.
***
Dan semenjak kejadian itu, aku dan Ryan mulai terbiasa untuk ngobrol bareng dan bercanda bareng karna ternyata Ryan itu anaknya asyik dan seru buat diajak ngobrol. Dan kita juga jadi semakin sering jalan bareng untuk merefrehskan pikiran. Kita jalan gak hanya berdua saja, terkadang dia ajak Tyo untuk ikut. Ryan begitu akrab dengan Tyo,padahal mereka masih baru kenal beberapa bulan yang lalu.
***
Seiring berjalannya waktu membuat aku merasa nyaman berada didekat Ryan, hingga tanpa aku sadari aku mulai menyayangi dia. Karna aku merasa Ryan tidak beda jauh dari sosok seorang Tomi.
***
Beberapa bulan kemudian....
Di tempat biasa kita jalan...
“Vika... ada yang pengen aku sampaikan ma kamu” kata Ryan membuka pembicaraan
“Ehm, apa? Ada yang nyangkut yach digigiku?”godaku
“Hwahahaha....... itu-itu ada pohon durian yang nyangkut digigimu”
“Hwahahaha..... ngaco loe!!!”
“Udah ah, mau ngomong serius nech???”
“Up’s  ya maap,, iyach deh mau ngomong apa siiiich?”
“Aku sayank kamu”
“Haaach??? Maen to the point ajah nech??”
“Abisnya, ntar kamu keburu ngajak bercanda,kan nanti gak jadi nyatakan cinta dong? Kamu mau gak jadi pacar aku? Kalau gak mau, jadi istriku aja mau yach?”
“Ogaaaah!!!”
Kata-kata ‘ogah’ yang keluar dari mulutku mebuat Ryan patah semangat dan muka yang ceria terlihat kusam dan sedih. Tapi ku lanjutkan lagi perkataanku tadi yang membuat Ryan patah hati.
“Ogaaah kalau jadi budakmu, tapi aku mau jadi pacarmu dan calon istrimu....” lanjutku sambil menebar senyum kepadanya, meyakinkan dia bahwa aku mau jadi kekasihnya. Terlihat wajah Ryan yang tadinya pucat pasi dan kusam itu berubah drastis jadi merah berseri-seri menandakan orang yang sedng jatuh cinta dan merasakan kebahagiaan. Dan akupun juga merasakan apa yang dia rasakan yaitu indahnya masuk didunia kasmaran.
***
Beberapa minggu kemudian aku mengajak Ryan untuk pergi kemakam Tomi. Dan yang buat aku bangga kepada Ryan, dia mau menganggap Tomi yang belum pernah ia kenal menjadi sahabat baiknya.
 “Tomi.... Meskipun aku belum pernah mengenali siapa kamu, tapi aku ada disini pengen menggantikanmu untuk menjaga Vika. Karna aku sayang Vika. Dan aku harap, kamu mau mengijinkanku untuk selalu menjaganya...” ucap Ryan di pemakaman, selesai mendoakan Tomi....
***
Setelah itu, kamipun pergi meninggalkan makam. Dan saat mau masuk dalam mobil, tiba-tiba saja terdengar suara ibu-ibu yang sedang berteriak minta tolong. Ketika kita hampiri ternyata ibu-ibu itu sedang dikerubuni gerombolan perampok bersenjata. Dan saat itu pula Ryan ingin membantu ibu itu dengan tangan kosong, namun... spontan saja aku menarik tangan Ryan,
“Ryan, bahaya... kita panggil polisi saja ya?”Ucapku ketakutan
“Kelama’an.. ... Percayalah padaku, aku tidak akan kenapa-napa jika kamu selalu ada disampingku dan memberi semangat untukku. Dan aku janji, aku tak akan pernah ninggal’in kamu. Karna apa? Karena Aku Sayang Kamu......”kata Ryan meyakinkanku sambari mencium keningku yang kemudian lari mendekati gerombolan perampok itu.
“Kata-kata itu... bukankah kata-kata itu  pernah diucapkan Tomi untuk terakhir kalinya, sebelum dia pergi meninggalkan aku untuk selamanya?” ucapku dalam hati.
OMG.... “Ryaaaan......”teriakku
“Vik...vika?? kamu gak pa-pa?”kata Ryan membangunkanku
“Ryan?? “tanyaku gelisah
“Kamu kenapa? Mimpi buruk ya?”
“Huft.... untung saja hanya mimpi,”
“Mimpi’in aku ya? Emangnya aku kenapa? Aku ninggal’in kamu ya? Udah. ... Percayalah padaku... aku janji, aku tak akan pernah ninggal’in kamu..”
“Ssssttt..... aku gak butuh janji kamu, yang aku butuhkan hanya keberadaan kamu disamping aku...”kataku memotong pembicaraan Ryan yang hampir mirip perkataan Tomi
“Tapi yang perlu kamu tau, Ryan sayang Vika” kata Ryan sambil membelai rambutku yang kemudian mencium keningku sembari mengendarai mobil.
OMG.... aku tak mau lagi mendengar kata janji, karna aku takut janji yang dia buat akan membuat dia pergi dariku***

                                                                                                            13-Okt-10

Template by : kendhin x-template.blogspot.com